Jangan Urus Birahiku

Manusia hidup dalam. 2 dimensi, yakni dimensi jelas serta dimensi gelap. Dimensi kelahiran serta kematian. Manusia tidak sempat pilih keluarga, tempat serta negara di mana dia dilahirkan. Yang paling penting untuk manusia ialah menghargakan makna serta arti kehidupan

Wanita ialah korban pelecehan di sosial media. Kedatangan sosial media bawa pecahan partikel kecemburuan antarmanusia. Lelaki terus kepoin/ingin tahu apa yang terselinap dalam tiap baju seksi wanita. Lelaki menjelma selaku polisi jalanan yang ada selalu di tiap perempatan jalan.

Jangan urus birahiku menggema di tiap industri wanita. Disebutkan industri sebab dapat hasilkan suatu hal sebagai kompas untuk tetap bertahan hidup di tengah-tengah ejekan mulut lelaki. Tendensi kecemburuan sosial ini pergi dari mangkirnya pemikiran lelaki untuk berkreasi.

Ada 2 macam watak lelaki. Yang pertama kali ialah lelaki yang menghargakan wanita. Yang ke-2 ialah lelaki yang cuman manfaatkan wanita. Nah, lelaki yang ke-2 ini mempunyai pengalaman traumatik pada wanita.

Pengalaman traumatik dapat berasal dari perpisahan serta perselingkuhan. Sebab cerita perpisahan serta perselingkuhan itu universal. Universal bermakna nyaris tiap orang alami permasalahan itu. Cerita perpisahan serta perselingkuhan sama/seirama dengan tumpukan harta kekayaan di tiap perempatan jalan. Di mana lelaki sesudah memperoleh kepuasan seksual atau arti kasarnya ialah memerkosa kekayaan di tiap pojok perempatan jalan untuk menggali kekayaan.

Jangan urus birahiku ialah masalah/permasalahan paling besar di bangsa Indonesia. Di mana pungli tumbuh subur di tiap perempatan jalan. Walau sebenarnya, negara telah memberi segala hal buat mereka. Jangan mengancam rakyat kecil dengan baju sah negara.

Pada akhirnya, jadilah lelaki yang menghargakan wanita. Sebab dari rahimnya, kita ada. Demikian juga dari rakyat kita ada. Tiada rakyat negara tidak ada. Tiada rakyat semua pungli tidak ada. Oleh karenanya, jangan kepoin permasalahan rumah tangga orang.